Arsip

Archive for Februari, 2011

Ibu Selalu Tahu

25 Februari 2011 Tinggalkan komentar

Tiap kali menatap wajah ibu, hatiku akan bersimbah cinta…

Menelusuri tiap lekuk garis wajahnya yang menua..

Mengamati tiap helai rambutnya yang memutih..

Ku pandang ibu dalam lelap tidurnya..

Duhai Rabb, betapa muliah Engkau ciptakan dia.

Entah dari mana engkau bentuk hatinya yang begitu tulus..

Ku raba tangannya yang mulai keriput, tangan kasar namun bertabur berkah..

Ku ingin menciumnya agar berkah itu mengalir padaku..

Duhai penguasa jagad raya..

Alangkah tegar dia Kau bentuk, namun betapa lembut kasihnya Kau curahkan..

Ibu..

Menggoreskan tentangmu, tak akan ada kata yang mampu mewakilkannya..

Menggambarkan indahmu tak ada tinta yang mampu mewarnai sucimu..

Menguntai kata terindah untukmu, tak akan ada pujangga yang mampu menuliskan keagunganmu..

Ibu..

Bisa apa aku tanpamu..?

Saat ku gelisah, kau tau ada yang mengganggu fikirku.. Dan belaianmu mampu menenangkanku..

Saat ku menangis, kau tahu ada yang mengusik hatiku.. Dan senyumanmu akan mendamaikan qalbuku..

Ketika malam tiba, kau tahu ku takut gelap.. Dan aku akan segera mendapatkan pelukanmu, dan sirna sudah takutku.. Ketika ku sakit, ibu tahu penderitaanku, dan ku yakin dia merasakan jauh lebih sakit dari yang ku rasakan, akan ku temukan raut sedih dan air mata tiap menatapku yang lemah.

Ibu tahu betapa sedihnya aku ketika ku gagal meraih apa yang ku inginkan.. Dan dia akan memacu semangatku lagi.

Ibu tahu saat ku jatuh cinta, dan senyumnya akan menggodaku, namun nasihatnya membuatku tak berani melangkah terlalu jauh..

Ibu tahu ketika ku lelah, pijatannya mampu mengantarku dalam tidur yang lelap.. Ibu tahu tiap detail kesukaanku.. Dan apa yang tak kusuka. Ibu tahu semua makanan favoritku..

Ibu tahu saat ku begadang mengerjakan tugas-tugasku, dan akan ku temukan segelas susu atau kopi hangat di atas mejaku..

Ibu tahu, aku begitu sibuknya dan tak sempat membereskan kamar dan pakaian kotorku sehingga dia yang mengerjakan semuanya..

Ibu tahu ketika ku pulang, aku akan begitu laparnya sehingga tiap ku tiba, di meja telah tersaji makanan favoritku.. Ketika ku jauh dari ibu..

Ibu tahu saat ku rindu padanya, maka tak lama HP ku akan berdering dan ibulah yang menelponku.. Saat ku sakit ibu tahu, dan jauh di sana ibupun akan gelisah.. Ibu pun tahu betapa besarnya cintaku padanya, walau..

Aku tak pernah tahu, bila ibu sakit, aku tetap lelap dalam tidurku.. Dan ibu akan tertatih meraba mencari obat sendiri untuk mengatasi sakitnya..

Aku tak pernah tahu, bila ibu galau, dan aku mengabaikan keluhannya.. Dan ibu akan memikirkan masalahnya sendiri..

Aku tak pernah tahu, ketika ibu lelah mengurusi smua kebutuhanku, dan tak ku pedulikan rintihan pegal badannya.. Dan ibu akan mengatasi pegalnya dengan mencoba memijat dirinya sendiri..

Aku tak pernah tahu jika ibu melarangku, itu untuk kebaikanku, dan aku berlalu dari hadapannya dengan wajah tertekuk, dan ibu terluka..

Aku tak pernah tahu, jika ibu mengomel, itu smua agar aku tak melakukan kesalahan yang sama lagi. Namun ku membalas dengan kata-kata yang mampu melukai hatinya..

Aku tak pernah tahu, betapa sedihnya ibu saat ayah tiada, dan aku pun dengan mudahnya memutuskan bekerja di tempat yang jauh, meninggalkan ibu dalam sepinya..

Aku tak pernah tahu betapa takutnya ibu kehilanganku, saat ku memutuskan untuk menikah.. Dan setelahnya ku sibukkan diriku dengan keluarga baruku, dan mengabaikan ibu dalam sendirinya..

Ibu.. Selalu tahu.. Namun aku.. Tak pernah tahu.. “Allahummaghfirlana wa li walidaina warhamhuma kama rabbayana shighara” Amin….amin ya Rabbal alamin.

Share by: http://www.oaseimani.com/ibu-selalu-tahu.html

Kategori:Cinta

Kebahagiaan

18 Februari 2011 Tinggalkan komentar

Bismillahirrohmanirrohim

Suatu ketika, di tepian telaga kelihatan seorang pemuda sedang duduk termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di laluinya, namun tidak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. “Sedang apa kau di sini wahai anak muda?” tanya seseorang. Rupanya ada seorang lelaki tua. “Apa yang kau risaukan..?” Anak muda itu menoleh ke samping, “Aku lelah Pak Tua. Telah berbatu-batu jarak yang ku tempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga ku temukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melalui gunung dan lembah, tapi tidak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah aku harus mencarinya? Bilakah akan ku temukan rasa itu?” Lelaki tua itu duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Dipandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, dia mulai berkata, “Di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu

buatku.” Mereka berpandangan. “Ya… tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu,” Pak Tua mengulangi kalimatnya lagi. Perlahan…. pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tidak berapa lama, ditemuinya taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang sedang mekar. Maka tidak heranlah, banyak kupu-kupu yang berterbangan di sana. Dari kejauhan Pak Tua melihat, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu. Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-ngendap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Dia tidak ingin kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Dia gagal. Dia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Dirempohnya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupukupu yang dapat ditangkap. Si pemuda mulai kelelahan. Nafasnya semakin kencang, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, “Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah.” Tampak Pak Tua yang berjalan perlahan. Ada sekumpulan kupukupu yang berterbangan di sisi kanan dan kiri Pak Tua. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. “Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Merempoh-rempoh tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” Pak Tua menatap pemuda itu. “Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu.  Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu.” “Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Kerana kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemanamana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri.” Pak Tua mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu- kupu yang hinggap di hujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu- kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengkagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

PENGAJARAN CERITA INI:
Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, merempoh sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya. Namun kita belajar. Kita belajar bahawa kebahagiaan tidak boleh di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahawa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha
meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.
Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah
kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam  bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita. Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu “hinggap” di hati kita,  namun kita tidak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu  berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya. (nrl)

Tulisan ini ditulis oleh Moh. Nurulloh (Teman sekamar saya yang sempat menjadi Mahasiswa Teknik Informatika 2010 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) selama 4 bulan yang saat ini sedang berjuang mencari jalan hidupnya di luar sana).

Kategori:Sahabat

Tuntutlah Ilmu Sampai ke Liang Lahat

Bismillahirrohmanirrahim

Di suatu pagi, dalam perjalanan menggunakan Bus AKAS menuju Kota Surabaya, saya duduk bersebelahan dengan seorang bapak dengan jaket jumper biru dan headset di telinga, sekilas memperlihatkan beliau nampak berjiwa muda, meskipun usianya bisa saya katakan sudah tidak muda lagi (38 tahun).

Pak Fendy, begitu nama panggilan beliau setelah kami berkenalan. Siapa sangka, dengan penampilan yang modis tersebut ternyata beliau bekerja di Pondok Pesantren Al Amien Prenduan, Sumenep membantu dalam memfasilitasi sarana dan prasarana santri di sana. Berniat untuk pergi ke Sedayu, Gresik untuk membeli beberapa rebana untuk pondoknya, mungkin untuk Perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. yang semakin dekat.

Percakapan kecil yang tidak terencana mengiringi perjalanan kami berdua menuju tempat tujuan kami. Saya beri inisial untuk Pak Fendy (F) dan saya sendiri (S) untuk mempermudah pembaca dalam membaca percakapan kami.

F :  Turun mana mas ?

S : Ujung, Bapak ?

F : Sama, Ujung, Kuliah ya ?

S : Iya Pak

F : Dimana ?

S : di ITS

F : Ambil jurusan apa ?

S : Teknik Material dan Metalurgi

F : Wah, material bikin bangunan, sekarang lagi musim-musimnya bikin bangunan, bagus itu lahan basah pastinya

A : (belum sempat menjelaskan, beliau langsung saja melanjutkan ucapannya. Entah, saya lupa Pak Fendy orang yang keberapa yang saya temui, yang berpikir jurusan Teknik Material dan Metalurgi itu berkaitan dengan konstruksi bangunan sama seperti halnya jurusan Teknik Sipil, padahal berbeda sekali T_T. Mari saya jelaskan sebentar, berstatus menjadi Mahasiswa semester enam di jurusan Teknik Material dan Metalurgi setidaknya membuat saya paham apa yang dipelajari di jurusan tersebut. Jurusan ini mempelajari material-material alam dan buatan (polimer, keramik, komposit, bio, dll) dan  metalurgi (logam seperti besi, baja,aluminium, dll), mulai dari proses awal terbentuknya hingga menjadi sebuah produk yang bisa digunakan secara massal, bukan untuk membuat konstruksi sebuah bangunan, hanya saja material yang diperlukan mungkin sedikit dibutuhkan dalam hal ini.)

F : Teman saya, ada yang kuliah Teknik di Unibraw, pertama kali kerja gajinya udah 8 juta. Gimana gak punya mobil kalo bisa nabung tiap bulan ? Memang kalo sarjana teknik itu, banyak dicari orang, apalagi material bangunan, bisa tajir.

A : (hanya bisa tersenyum), Kalo boleh tahu, Bapak sekarang kerja di Surabaya ?

F : Bukan, saya cuma bantu-bantu saja di Pondok Pesantren Al Amien Prenduan, Sumenep, ya bisa dibilang pekerjaan tidak tetap. Ini mau ke Sedayu, Gresik mau beli rebana

A : Oh gitu, berarti Bapak dulu pernah mondok di sana ?

F : Bukan mondok mas, tapi kuliah. Dulu saya sukanya main-main, lulus SMA tahun 1990 tapi saya baru kuliah di sana tahun 2004.

A : (Kaget)

F : Tapi, saya pertama kali penasaran, bagaimana rasanya dunia kuliah itu ? Dengan modal seadanya akhirnya saya masuk ke Pondok Pesantren Al Amien Prenduan Sumenep, Ambil Jurusan Tarbiyah. Setelah masuk, ternyata begini ya dunia kuliah itu. Tman-teman saya pemuda-pemuda 19-20 tahunan, sedangkan saya sendiri sudah 35 tahun waktu itu, tapi yang namanya orang belajar bukan dipandang melalui usia, asalkan ada niat, mengapa harus malu? Kita itu malah harus menuntut ilmu mulai dari lahir hingga mati kelak.

A : (tersenyum)

(amr)

Kategori:Motivasi